#KlubStartup

Minggu, 04 April 2010

MENGAPA BELUM MENGERTI ISI KITAB SUCI?

"Tuhan telah diambil orang dari kuburnya, dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan."
(Yoh 20:2)

Danny adalah seorang pelajar SMA kelas satu. Dia rajin berangkat ke sekolah dengan bus antar jemput. Di kelas, dia rajin mendengarkan apa yang disampaikan guru. Dalam UTS, nilainya jelek sekali. Supaya tidak mendapatkan remidial atau mengulang, nilainya mesti 7. Kali ini nilainya 5. Jadi dia harus mengulang. Dia bukan anak bodoh sebenarnya. Apa sebab nilainya jeblok? Dia rajin berangkat sekolah dan mendengarkan guru, tetapi dia kurang belajar dan lebih asyik dengan playstation-nya. Itu membuat dia tidak mengerti bagaimana menjawab soal dalam ujian. Ini seperti yang terjadi dengan para murid Yesus dahulu. Mereka dekat dengan Yesus, mungkin mendengarkan Yesus membaca Kitab Suci di sinagoga seperti ketika Yesus di Nazaret membaca kitab Yesaya. Mereka juga sering mendengarkan Yesus menjelaskan isi Kitab Suci atau persoalan dalam hidup mereka dengan sengsara dan kematian Guru mereka, para murid terpaku pada peristiwa itu dan kesedihanlah yang mereka derita.

Mereka lupa akan apa yang dibaca Yesus dan apa yang telah dinubuatkan Yesus, apa yang dikotbahkan Yesus. Mereka tidak habis mengerti mengapa peristiwa sengsara dan kematian Yesus dapat terjadi, padahal mereka melihat Yesus sebagai orang hebat yang bisa mengusir setan, menyembuhkan penyakit, kalau kotbah bisa menarik ribuan orang di perbukitan. Mereka tidak mengerti nubuat para nabi dan nubuat Yesus sendiri tentang diri-Nya.

Demikian pun kita orang Katolik, umumnya rajin pergi ke Gereja dan mendengarkan sabda Tuhan ketika liturgi Sabda. Kita juga sempatkan mendengarkan imam yang berkotbah menjelaskan maksud Injil, amanatnya, dan pelajaran untuk hidup kita. Namun kalau kita tidak mempelajarinya kembali, tidak menjadikan Kabar Gembira itu sebagai milik kita yang mudah diingat, akhirnya kita menghadapai persoalan hidup kita tidak paham bagaimana menjawabnya. Kita bisa mudah patah semangat dan putus harapan karena lupa akan apa yang diajarkan Tuhan. Kita mudah menjadi lemah harapan. Kita diundang agar tidak mengikuti Danny atau meniru para murid yang tidak mengerti karena tidak belajar sendiri serta menjadikan ajaran Tuhan sebagai milik sendiri yang mudah diingat setiap saat.

Cara yang lebih mudah adalah dengan menjadikan Kitab Suci sebagai sumber doa kita yang kita lakukan berulang-ulang. Sebagaimana kita sehat jasmani dengan latihan jasmani atau berolahraga berulang-ulang, maka untuk semakin sehat rohani kita perlu melakukan latihan rohani dengan doa-doa yang berulang-ulang pula. Kalau ingin makin mengasihi saudara dalam keluarga dan orang melarat, kita juga perlu latihan mengasihi terus-menerus.



Pertanyaan Reflektif:
Sebagai murid Tuhan, apakah kita sudah cukup menghargai firman-Nya dengan mempelajarinya sehingga kita terlatih ketika menghadapi persoalan hidup? Bagaimana cara kita menghargai firman Tuhan? Seberapa banyak kita melatih diri mengasihi sehingga hidup kita menjadi firman Tuhan yang hidup?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Bird Gadget